Senin, 06 April 2009

Dunia Herbal

Indonesia sohor sebagai negara megabiodiversitas lantaran tingginya kekayaan alam. Keaneka ragaman hayati Indonesia dengan 30.000 spesies tumbuhan no 2. setelah Brasil. Dari jumlah itu 940 spesies diantaranya merupakan tumbuhan berkhasiat obat. Sayang masih sedikit yang sudah dimanfaatkan. Baru 180 spesies yang dimanfaatkan industri jamu nasional . Selebihnya merupakan potensi pasar obat herbal dan fitofarmaka.

Padahal penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional bukan barang baru bagi masyarakat Indonesia. WHO merekomendasikan penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan, dan pengobatan penyakit terutama untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif, dan kanker.Itu menunjukkan dukungan WHO untuk BACK TO NATURE.

Karena banyaknya variasi sediaan bahan alam, maka untuk memudahkan pengawasan dan perijinan badan POM mengelompokkan dalam sediaan jamu, sediaan herbal terstandar, dan sediaan fitofarmaka. Persyaratan ketiga sediaan itu berbeda-beda yaitu untuk jamu pemakaiannya secara empirik berdasarkn pengalaman, sediaan herbal terstandar bahan bakunya harus distandarisasikan dan sudah diuji farmakologi secara eksperimental. sedangkan sediaan fitofarmaka sama dengan obat modern, bahan bakunya harus distandarisasi dan melalui uji klinik. Setela memperoleh bahan untuk calon obat selanjutnya dilakukan serangkaian uji yang memakan waktu lama dan biaya yang tidak sedikit sebelum diresmikan sebagai obat oleh badan pemberi izin.

Tanaman unggul Indonesia yang telah diuji klinis baru 9 jenis, yaitu; salam, sambiloto, kunyit, jahe merah, jati belanda, temulawak, jambubiji, cabai jawa, dan mengkudu. Ini merupakan peluang bagi profesi kefarmasian untuk meningkatkan peran sediaan herbal dalam pembangunan kesehatan bangsa Indonesia.

Tidak ada komentar: